PEMUDA YANG BERTAKWA
Siapa sih yang tidak mau masuk
surga? Tapi, perlu kita ketahui bahwa masuk ke dalam surga itu bukan perkara
yang mudah kecuali orang yang dimudahkan oleh Allah. Karena, surga itu
dikelilingi dengan sesuatu yang kita benci, sedangkan neraka itu dikelilingi dengan
sesuatu yang kita inginkan.
Rasulullah ` pernah bersabda yang artinya,
“Saat Allah menciptakan surga dan neraka,
Allah mengutus Malaikat Jibril ke surga. Allah berfirman kepada Jibril,
‘Pergilah, lihat surga dan apa yang Aku persiapkan bagi penghuninya.’ Jibril
pun mendatanginya dan melihatnya serta apa yang dipersiapkan bagi penghuninya.
Lalu Jibril pun kembali dan mengatakan, ‘Demi Kemuliaan-Mu, tidak ada seseorang
yang mendengarnya kecuali ingin memasukinya. Allah pun meliputi surga dengan
sesuatu yang dibenci lalu berfirman kepada Jibril, ‘Pergilah, lihat kepadanya
dan apa yang Aku persiapkan bagi penghuninya. Jibril pun kembali melihatnya.
Ternyata, surga dipenuhi dengan perkara yang dibenci manusia. Jibril pun
kembali dan mengatakan, ‘Demi Kemuliaan-Mu, aku takut tidak ada yang
memasukinya satu orang pun.’” [H.R. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i,
Syaikh Al-Albani t mengatakan, “hasan shahih”].
Ajal Yang Hampir Datang
Masihkah berpikir untuk
berfoya-foya dan tidak mempersiapkan kehidupan akhirat? Masihkah kita berpikir
untuk menunda bertaubat dan memperbaiki diri? Padahal, kita sering mendengar
kabar tetangga sebelah mati mendadak tanpa mengidap penyakit. Atau, kita
mendengar kabar saudara kita yang kemarin tertawa sekarang berbalut kafan.
Siapa yang tahu kapan datangnya
kematian kita. Mungkin dua tahun lagi, mungkin satu tahun, satu bulan, satu
minggu, besok, atau mungkin beberapa jam lagi. Siapa yang tahu selain Dzat Yang
berada di atas ‘Arsy?
Allah telah berfirman yang artinya, :
“Sesungguhnya di sisi-Nya ilmu hari kiamat
dan tentang turunnya hujan, dan Allah mengetahui yang di dalam rahim. Dan tidak
ada satu jiwa pun yang mengetahui apa yang akan dia perbuat, dan tidak ada satu
jiwa pun yang mengetahui di bumi mana ia meninggal. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dan Maha Meliputi ilmu-Nya.” [Q.S. Luqman:34].
Tidakkah kita merasa rugi bila ruh kita dicabut
sedangkan kita belum sempat beramal shalih? Padahal, amalan shalih adalah bekal
kita satu-satunya di akhirat kelak. Bukan harta, bukan pangkat, bukan pula
keluarga.
Rasulullah ` pernah bersabda,:
“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga:
keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua darinya akan kembali pulang dan
tinggal satu saja (yang menemaninya). Keluarga dan hartanya akan kembali, tinggallah
amalannya (yang akan menemaninya).” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].
Dunia hanyalah kesenangan semu
yang menipu. Kesenangan di dunia ini bagaikan fatamorgana yang segera pupus.
Hendaknya kita berbekal untuk kehidupan sejati kelak.
Rasulullah `Bersabda:
“Apa hubungannya antara aku dengan dunia? Aku
di dunia ini hanyalah seperti penunggang yang bernaung di bawah pohon lalu
meninggalkannya.” [H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah,
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani t].
Allah l juga berfirman:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megah
antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.” [Q.S. Al-Hadid:20].
Berpayung Naungan Allah
Pada hari kiamat, matahari hanya
berjarak satu mil dari atas kepala kita. Saat itu, manusia berkeringat sesuai
dengan dosa-dosanya.
Rasulullah ` pernah bersabda,
“Matahari mendekat kepada makhluk pada hari
kiamat hingga berjarak satu mil. Maka, manusia pun tercelup ke dalam
keringatnya sesuai dengan amalannya. Di antara mereka ada yang tercelup hingga
kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang tercelup hingga pinggangnya dan
di antara mereka ada yang tercelup hingga mulutnya.” [H.R. Muslim].
Saat itu, beberapa golongan
orang akan dipayungi oleh Allah l. Golongan-golongan itu adalah orang yang
disebutkan dalam hadits Rasul ` berikut ini,
“Tujuh golongan yang Allah
naungi dengan naungan-Nya, pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang
imam yang adil; pemuda yang tumbuh dalam peribadahan kepada
Allah; laki-laki yang qalbunya senantiasa terkait dengan
masjid; dua orang yang saling mencintai, berkumpul karena-Nya dan berpisah
karena-Nya; seorang laki-laki digoda oleh perempuan yang memiliki kedudukan dan
kecantikan, namun dia justru mengatakan, ‘Aku takut kepada Allah’; seseorang
yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui
yang diberikan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah
sendirian, lalu bercucurlah air matanya.” [H.R. Al-Bukhari dan
Muslim].
Engkau bisa menjadi salah satunya. Engkau bisa
menjadi seorang pemuda yang senantiasa dalam peribadahan kepada Allah.
Lebih Cepat Lebih Baik
Lantas, apa yang engkau tunggu?
Apakah engkau menunggu hilangnya nikmat mudamu ini? Apakah engkau menunggu
penyesalan di hari tua kelak? Ingatlah, masa mudamu ini tak akan kembali. Maka,
pergunakanlah waktu-waktumu di masa muda sebelum masa tuamu menghampiri,
merenggut kekuatan dan kemampuanmu. Rasulullah ` pernah mewasiatkan:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ:
شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ
فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah sebaik-baiknya lima perkara
sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum pikunmu, sehatmu sebelum sakitmu,
kayamu sebelum miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum
matimu.” [H.R. Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani t].
Lima nikmat ini adalah nikmat
yang baru terasa nilainya ketika kehilangan salah satu darinya. Maka dari itu,
Rasulullah ` memerintahkan kita untuk mensyukurinya dengan mempergunakan
nikmat-nikmat tersebut untuk beramal.
Nah, demikianlah Islam
mewasiatkan kepada kita tentang nikmat yang besar ini. Sebagai akhir dari
tulisan ini, marilah kita ingat wasiat dari Ibnu Umar c, “Jika engkau berada
pada sore hari maka jangan menunggu paginya dan jika berada pada pagi hari maka
jangan menunggu sorenya.” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab Shahih
beliau].
Allahu a’lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar