Kamis, 06 Juni 2013

MUROTTAL saad al gamidi

1 Al-Fatihah Download
2 Al-Baqarah Download
3 Al-Imran Download
4 An-Nisa’ Download
5 Al-Ma’idah Download
6 Al-An’am Download
7 Al-A’raf Download
8 Al-Anfal Download
9 At-Taubah Download
10 Yunus Download
11 Hud Download
12 Yusuf Download
13 Ar-Ra’d Download
14 Ibrahim Download
15 Al-Hijr Download
16 An-Nahl Download
17 Al-Isra’ Download
18 Al-Kahfi Download
19 Maryam Download
20 Thaha Download
21 Al-Anbiya’ Download
22 Al-Hajj Download
23 Al-Mu’minun Download
24 An-Nur Download
25 Al-Furqan Download
26 Asy-Syu’ara’ Download
27 An-Naml Download
28 Al-Qashas Download
29 Al-’Ankabut Download
30 Ar­-Rum Download
31 Luqman Download
32 As­-Sajdah Download
33 Al­-Ahzab Download
34 Saba’ Download
35 Fathir Download
36 Ya­sin Download
37 Ash-Shaffat Download
38 Shad Download
39 Az-Zumar Download
40 Ghafir Download
41 Fushshilat Download
42 Asy-Syura Download
43 Az-Zukhruf Download
44 Ad-Dukhan Download
45 Al-Jatsiya Download
46 Al-Ahqaf Download
47 Muhammad Download
48 Al-Fath Download
49 Al-Hujurat Download
50 Qaf Download
51 Adz-Dzariyat Download
52 Ath-Thur Download
53 An-Najm Download
54 Al-Qamar Download
55 Ar-Rahman Download
56 Al-Waqi’ah Download
57 Al-Hadid Download
58 Al-Mujadilah Download
59 Al-Hasyr Download
60 Al-Mumtahinah Download
61 Ash-Shaff Download
62 Al-Jumu’ah Download
63 Al-Munafiqun Download
64 At-Taghabun Download
65 Ath-Thalaq Download
66 At-Tahrim Download
67 Al-Mulk Download
68 Al-Qalam Download
69 Al-Haqqah Download
70 Al-Ma’arij Download
71 Nuh Download
72 Al-Jinn Download
73 Al-Muzzammil Download
74 Al-Muddatstsir Download
75 Al-Qiyamah Download
76 Al-Insan Download
77 Al-Mursalat Download
78 An-Naba’ Download
79 An-Nazi’at Download
80 ‘Abasa Download
81 At-Takwir Download
82 Al-Infithar Download
83 Al-Muthaffifin Download
84 Al-Insyiqaq Download
85 Al-Buruj Download
86 Ath-Thariq Download
87 Al-A’la Download
88 Al-Ghasyiyah Download
89 Al-Fajr Download
90 Al-Balad Download
91 Asy-Syhams Download
92 Al-Lail Download
93 Adh-Dhuha Download
94 Asy-Syarh Download
95 At-Tin Download
96 Al-’Alaq Download
97 Al-Qadr Download
98 Al-Bayyinah Download
99 Az-Zalzalah Download
100 Al-’Adiyat Download
101 Al-Qari’ah Download
102 At-Takatsur Download
103 Al-’Ashr Download
104 Al-Humazah Download
105 Al-Fiil Download
106 Quraisy Download
107 Al-Ma’un Download
108 Al-Kautsar Download
109 Al-Kafirun Download
110 An-Nashr Download
111 Al-Masad Download
112 Al-Ikhlas Download
113 Al-Falaq Download
114 An-Nas Download

Senin, 03 Juni 2013

Amalan Penghapus Dosa


Segala puji hanyalah milik Allāh. Ṣalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullāh.


Allāh Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi,
يا عبادي، إنكم تخطئون بالليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian terjatuh dalam kesalahan baik di malam maupun siang hari. Dan Aku mengampuni seluruh dosa. Maka mintalah ampun kepada-Ku, ‘kan Ku ampuni kalian” (HR. Muslim)
Sebagai manusia biasa, disadari atau tidak, setiap harinya kita terjatuh dalam kesalahan, baik karena lalai atau tidak maksimal dalam menjalankan kewajiban atau terpeleset ke perbuatan dosa. Oleh sebab itulah seorang hamba diperintahkan untuk selalu memohon ampun kepada Allāh Ta’ala. Selain itu, seorang hamba dapat melakukan beberapa amalan harian yang merupakan sebab terampuninya dosa-dosa yang telah ia lakukan. Diantara amalan harian yang merupakan sebab yang mendatangkan ampunan Allāh adalah sebagai berikut :

1. Bertaubat
Allāh Ta’ala berfirman dalam sebuah ayat yang dikenal dengan ayat yang paling melambungkan harapan bagi seorang hamba,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 
Katakanlah : “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allāh! Sesungguhnya Allāh mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az Zumar : 53)
Pada ayat ini, Allāh menyeru seluruh manusia, baik yang dosanya kecil maupun besar, agar mereka bertaubat dan tidak berputus asa dari rahmat Allāh. Karena Allāh mengampuni semua jenis dosa, bahkan yang paling berat sekalipun, yakni dosa syirik. Orang yang telah bertaubat sebagaimana bayi yang baru lahir, bersih dari dosa. Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ، كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosa bagaikan orang yang tidak punya dosa” (HR. Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani)

2. Menjaga shalat 5 waktu
Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَاةُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ، مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
Ṣalat 5 waktu dan (rentang waktu) dari ṣalat Jum’at ke Jum’atan selanjutnya adalah penghapus dosa antara waktu-waktu tersebut selama tidak melakukan dosa besar” (HR. Muslim)

3. Berzikir setelah shalat
Yakni dengan melantunkan ẓikir yang ada pada hadiṭ berikut,
مَنْ سَبَّحَ اللهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَقَالَ: تَمَامَ الْمِائَةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Barangsiapa yang bertasbih setiap selesai ṣalat 33x, bertahmid 33x, bertakbir 33x, sehingga totalnya 99, kemudian menggenapkannya menjadi 100 dengan membaca : ‘Laa ilaaha illallāhu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qādiir’, maka dosa-dosanya akan diampuni meski seperti buih di lautan” (HR. Muslim)

4. Berjalan kaki ke masjid
Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَاْلأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
Siapa yang bersuci di rumahnya, lalu berjalan ke salah satu rumah Allāh untuk menunaikan salah satu kewajiban yang Allāh tetapkan, maka salah satu langkahnya akan menghapus dosa, satunya lagi akan mengangkat derajatnya” (HR. Muslim)

5. Berwuḍu sesuai petunjuk Nabi, lalu shalat sunnah setelahnya
Dalam hadiṭ yang panjang dari ‘Uṭman bin ‘Affan rāḍiyallāhu ‘anhu, setelah menceritakan tata cara wuḍu Nabi, beliau berkata, “Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa yang berwuḍu seperti wuḍu-ku ini, kemudian ṣalat 2 rāka’at dan tidak menyibukkan hatinya dalam 2 rāka’at itu, maka Allāh akan mengampuni dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaihi)

6. Sedekah
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
والصدقة تطفىء الخطيئة كما يطفىء الماء النار
Dan sedekah bisa memadamkan (menghapus) dosa sebagaimana air bisa memadamkan api” (HR. Tirmiẓi)

7. Berjabat tangan ketika bertemu
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ، فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَاTidaklah 2 orang muslim bertemu lalu saling berjabat tangan kecuali dosa keduanya akan diampuni sebelum keduanya berpisah” (HR. Abu Dawud, Tirmiẓi, dan Ibnu Majah, dinilai ṣahih oleh Syaikh Al Albani)

8. Berdo’a setelah mendengar adzan
Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذّنَ: أشْهَدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ اللَّه وحدَه لا شريك لَهُ، وَأنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ ربا، وبمحمد رَسُولاً، وبالإِسْلامِ دِيناً، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ
Siapa yang mendengar aẓan lalu mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallāhu wahdahu laa syariika lahu, wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rāsuuluh, rāḍiitu billahi rābba, wa bi Muhammadin rāsuula, wa bil Islaami diina’, maka dosanya akan diampuni” (HR. Muslim)

9. Berbuat baik setelah terjatuh dalam kesalahan
Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وأتبع السيئة الحسنة تمحها
Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya akan menghapus kejelekan tersebut” (HR. Tirmiẓi)

10. Bersabar ketika tertimpa musibah
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى، مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ، إِلَّا حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
Tidaklah seorang muslim ditimpa cobaan, baik berupa sakit maupun selainnya, kecuali Allāh akan menggugurkan dosanya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya” (Muttafaqun ‘alaihi)
Itulah beberapa amalan harian yang merupakan sebab datangnya ampunan Allāh. Hanya saja, pada dasarnya dosa besar hanya bisa terhapus dengan bertaubat.

                           KUNCINYA ADALAH TAUHID KEPADA ALLAH TA'ALA

Yang paling penting dari itu semua adalah tauhid. Tauhid adalah sebab terbesar datangnya ampunan Allāh di hari akhir nanti. Dalam sebuah hadiṭ qudsi, Allāh berfirman,
يا ابن آدم لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة
Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang menghadap-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lantas engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangkan ampunan sebesar dosamu itu” (HR. Tirmiḍi)
Akan tetapi, jika tauhid ini hilang atau tercampur kesyirikan, maka sebagaimana sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
ومن لقيه يشرك به شيئا دخل النار
Siapa yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, akan masuk neraka” (HR. Muslim)
Semoga Allāh Ta’ala mewafatkan kita di atas tauhid dan mengampuni dosa-dosa kita serta kaum muslimin seluruhnya.
Wallāhu a’lam.

beriLmulah Sebelum Beramal






Mu'adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,

"Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma'ruf wan Nahyu 'anil Mungkar, hal. 15)
Ulama hadits terkemuka, yakni Al Bukhari berkata, "Al 'Ilmu Qoblal Qouli Wal 'Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat)". Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta'ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِك
"Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu" (QS. Muhammad [47]: 19).
Dalam ayat ini, Allah memulai dengan ‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’. Ilmuilah yang dimaksudkan adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan ‘mohonlah ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu sebelum amal perbuatan.
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan keutamaan ilmu. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah ketika menjelaskan biografi Sufyan dari jalur Ar Robi’ bin Nafi’ darinya, bahwa Sufyan membaca ayat ini, lalu mengatakan, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan mengatakan ‘ilmuilah’, kemudian Allah memerintahkan untuk beramal?” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/108)
Al Muhallab rahimahullah mengatakan,
“Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan (karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.“ (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 1/144)
Ibnul Munir rahimahullah berkata,
“Yang dimaksudkan oleh Al Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya suatu perkataan dan perbuatan.  Suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itulah, ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat. Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan.” (Fathul Bari, 1/108)
 wallahu a'lam



7 Golongan yang Mendapat Naungan Dari Allah Di hari KIAMAT




Dari Abū Hurairah raḍiyallāhu’anhu, Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Ada Tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allāh pada hari tiada naungan kecuali naungan dari-Nya:
  • Seorang pemimpin yang adil.
  • Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allāh.
  • Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid.
  • Dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allāh; mereka bertemu dan berpisah karena-Nya.
  • Seorang lelaki yang diajak [berbuat keji] oleh perempuan yang berkedudukan serta berparas cantik, lantas dia berkata: “Aku takut kepada Allah.”
  • Seorang lelaki yang bersedekah seraya dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
  • Dan seorang lelaki yang berdzikir/mengingat Allāh dalam keadaan sendirian lalu mengalirlah air matanya.”  [HR. Bukhari: 660 dan Muslim: 1031]
Faidah Ḥadīṡ
Hadīṡ yang mulia ini memberikan pelajaran-pelajaran penting, diantaranya:
  1. Kasih sayang Allāh kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa; tatkala Allāh berkenan untuk memberikan naungan Arsy-Nya bagi hamba-hamba pilihan-Nya, di saat manusia tersiksa oleh teriknya panas matahari yang sedemikian dekat pada hari kiamat.
  1. Keutamaan sifat adil dan kemuliaan seorang pemimpin yang menegakkan keadilan dalam kepemimpinannya. Hakikat adil itu adalah menempatkan setiap orang sesuai dengan kedudukannya dan menunaikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya.
  1. Keutamaan menggunakan masa muda dalam aktifitas beribadah dan taat kepada Allah. Masa muda adalah masa yang penuh dengan kekuatan dan kesempatan. Di saat itu pula banyak sekali godaan dan rintangan yang bisa menjauhkan para pemuda dari ketaatan kepada Rabb-nya. Maka, sudah menjadi tugas setiap orang tua untuk memperhatikan pendidikan dan pembinaan putra-putri mereka. Di pundak merekalah masa depan umat ini dipikul.
  1. Keutamaan melazimi ṣālat berjama’ah -bagi kaum lelaki- dan menghadiri majelis-majelis ilmu yang diselenggarakan di masjid-masjid. Di sisi lain, hadīṡ ini menunjukkan keutamaan memakmurkan masjid dan memperhatikan dengan baik keadaannya, baik secara fisik maupun non fisik karena masjid merupakan tempat ibadah dan berdzikir, serta tempat yang lebih dicintai Allāh daripada tempat-tempat yang lain di muka bumi ini. 
  1. Keutamaan saling mencintai sesama muslim karena Allāh. Orang-orang yang menjalin ukhuwah karena Allāh dan karena ikatan aqidah dan tauhid, bukan karena kepentingan duniawi semacam harta, popularitas, atau kedudukan.
  1. Keutamaan menjaga kehormatan dan meninggalkan perkara yang diharamkan karena rasa takut kepada Allāh, bukan karena tidak ada kesempatan atau sedang tidak berselera. Akan tetapi, dia meninggalkan itu semua karena takut kepada-Nya. Di sisi lain, hadits di atas juga menunjukkan besarnya fitnah/godaan yang ditimbulkan wanita bagi kaum pria.
  1. Keutamaan mendahulukan kecintaan kepada Allāh daripada kecintaan kepada hawa nafsu. Bahkan, orang yang berjuang menundukkan nafsunya dalam ketaatan kepada Allāh termasuk golongan orang yang berjihad di dalam agama.
  1. Keutamaan sedekah secara sembunyi-sembunyi. Oleh sebab itu, sebagian ulama salaf mengatakan, “Orang yang ikhlas adalah yang berusaha menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekan-kejelekannya.” 
  1. Keutamaan berdzikir kepada Allāh di kala sendiri dengan mengingat kesalahan dan dosa-dosa yang telah diperbuat lalu menangis karena takut kepada Allāh. Hal ini juga mengisyaratkan hendaknya setiap hamba rajin-rajin untuk bermuḥāsabah/introspeksi diri; karena bisa jadi dia terjerumus dalam dosa tanpa dia sadari, atau dia terbenam dalam kubangan dosa tanpa ada keinginan untuk bertaubat dan kembali ke jalan ilahi. 
Allāhul musta’ān.