Senin, 03 Juni 2013

BERPENAMPILAN BAIK [BUAT PARA PEMUDA]



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah  bersabda yang artinya :
“Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, dan pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang buruk.” [HR. Abu Dawud dan Hakim]
 Saudaraku yang dirahmati Allah…
Penampilan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang berpenampilan baik tentu akan lebih dihargai daripada orang yang berpenampilan buruk. Bahkan di Indonesia ada suatu nilai dalam masyarakat Jawa yang mengajarkan “Ajining diri saka lathi, Ajining sarira saka busana”, yang intinya bahwa kehormatan seseorang itu dinilai dari ucapan dan pakaiannya. Suatu nilai yang sebenarnya sudah jauh ditanamkan oleh Rasulullah n.
Namun sayang, terkadang di kalangan pemuda Islam, masalah penampilan ini kerap diabaikan. Dengan alasan “Kalau sudah ngaji itu nggak perlu nggaya-nggaya banget. Pokoknya nutup aurat.”, kita sering melihat pemuda yang pakaiannya terkesan asal-asalan.
Saudaraku yang dirahmati Allah…
Memang sebagai pemuda muslim, kita tidak perlu mengikuti trend fashion yang berubah-ubah. Tdak perlu membeli baju yang mahal. Tidak perlu ikut-ikutan merubah gaya rambut agar dianggap keren. Namun agama ini mengajarkan umatnya untuk berpenampilan bagus, yang bisa menyenangkan orang yang kita temui. Nah, berikut beberapa kriteria “penampilan bagus” yang diajarkan oleh Rasulullah n:

1. RAPI
a. Berpakaian rapi.
Berpenampilan rapi artinya pakaian kita tidak kusut. Jangan sampai kita datang ke pengajian atau shalat berjamaah di masjid dalam kondisi pakaian kita masih banyak bekas-bekas lipatan. Setrikalah pakaian kalian hingga licin sehingga tidak terlihat awut-awutan. Apabila pakaian baru saja digunakan, jangan langsung ditaruh sembarangan, namun digantung menggunakan gantungan pakaian agar tidak kusut.
b. Merapikan rambut.
Selain pakaian, penting juga untuk mengatur rambut kita. Apabila kusut maka sisirlah. Apabila sudah cukup panjang dan mulai susah ditata, lebih baik dipotong. Dari Jabir bin Abdullah c, beliau berkata yang artinya “Rasulullah n datang kepada kami untuk berziarah di rumah kami. Tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang kusut rambutnya, maka beliau berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menata rambut kepalanya ?“ [HR. Ahmad dan Nasa’i].
CATATAN:  Namun bagi wanita dilarang untuk memotong rambutnya hingga sangat pendek menyerupai laki-laki. Karena fitrah wanita memang memiliki rambut yang panjang.

2. BERSIH
a. Berpakaian bersih. Bersih artinya bebas dari kotoran. Apabila pakaian kita terkena noda dan tidak bisa dihilangkan, maka cepat-cepat direndam agar mudah dicuci. Sehingga apabila kita menggunakannya kembali, noda-noda tersebut sudah tidak berbekas sehingga terlihat elok kembali. Dari Jabir bin Abdullah c, beliau berkata yang artinya “Rasulullah n datang kepada kami untuk berziarah di rumah kami. Tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang pakaiannya kotor, maka beliau berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat mencuci bajunya ?” [HR. Ahmad dan Nasa’i]
CATATAN: Jangan lupa mensikat sepatu dan sandal kita. Kan jadi tidak indah bila pakaian kita bersih, namun alas kaki kita penuh kotoran.
b. Berbadan bersih.
Kebersihan bukan hanya menyangkut pakaian, namun juga kebersihan badan kita. Sudah seharusnya kita menjaga kebersihan dengan mandi. Mandi dapat menghilangkan kotoran sehingga menjauhkan seorang muslim dari penyakit dan menjaga agar badannya tidak bau. Wajah yang bersih dan badan yang wangi tentu membuat orang lain suka berinteraksi dengan kita.
Dari Abu Hurairah z, bahwa Rasulullah n bersabda yang artinya “Dari Abi Rofi’, ia berkata, bahwa Rasulullah n pada suatu malam berkeliling mengunjungi beberapa istrinya. Maka beliau mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya, ‘Ya, Rasulullah, tidakkah mandi sekali saja?’ Maka jawab Rasulullah n, ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.’[HR. Ibnu Majah dan Abu Daud]
c. Bergigi dan mulut bersih.
 Kebersihan gigi juga tidak boleh dilupakan. Orang lain tentu tidak nyaman berbicara dengan orang yang giginya kotor masih ada bekas makanan. Saking pentingnya, Rasulullah n bersabda yang artinya, “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu.” [HR. Muslim]
Gigi yang rajin disikat dengan siwak atau pasta gigi akan terjaga kesehatannya sehingga tidak mudah rusak atau berlubang. Ini juga membuat mulut kita menjadi tidak bau, sehingga orang lain pun nyaman berbicara dengan kita. Rasulullah n bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang makan bawang merah dan bawang putih serta kucai, maka janganlah dia mendekati masjid kami.” [HR. Muslim].
Maksud dari hadits tersebut bukan mengharamkan bawang untuk dimakan, tetapi hendaknya setelah makan makanan yang berbau tajam, kita membersihkan mulut kita agar tidak bau. Apabila kita merasa sudah rajin membersihkan gigi dan mulut kok masih sering bau, maka waspadalah! Ada kemungkinan gigi kita berlubang. Harus segera mengobatinya ke dokter gigi agar tidak terjadi infeksi sehingga pengaruh buruknya tidak menjalar ke anggota tubuh yang lain.
d. Melakukan sunnah yang fitrah.
Rasulullah n bersabda yang artinya, “Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): Mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” [HR. Bukhari dan Muslim]
e. Membersihkan kendaraan kita.
Di awal artikel ini sudah disebutkan hadits yang mengajarkan untuk memperbaiki kendaraan. Yang paling mudah tentu membersihkannya. Motor  yang sering kita gunakan untuk bepergian, apabila tidak sempat dicuci, minimal harus sering dilap.
3. INDAH
Berpenampilan indah artinya kita bisa memadukan pakaian kita agar enak dipandang. Bukan berarti harus yang baru dan mahal. Namun artinya pakaian tersebut harus cocok paduannya, sesuai standar masyarakat setempat, asal tidak menyelisihi syariat.
Misal kita mengenakan sarung. Kita tentu menjaga agar sarung kita diatas mata kaki. Namun masyaAllah, jangan sampai karena saking semangatnya, sarung tersebut lebih tinggi dari celana yang kita kenakan dibalik sarung, sampai-sampai celana yang kita gunakan di balik sarung kelihatan (balapan). Ini jelas menyelisihi standar kelaziman dan keindahan yang ada dalam masyarakat kita. Solusinya jangan mengangkat sarung terlalu tinggi, atau kita memilih celana dibalik sarung yang tidak terlalu panjang.
Ini juga berlaku bagi yang ingin mengenakan tsaub (jubah ala saudi). Jangan sampai ujung jubah itu jauh lebih tinggi dari celana di dalamnya. Bahkan apabila ada orang arab yang melihatnya, ia pasti akan merasa ganjil. Apabila tsaub kita memang ujungnya tinggi, lebih baik kita mengenakan sarung.
Juga apabila kita bergaul dengan masyarakat, jangan hanya mengenakan baju koko dengan bawahan sirwal (celana lebar) yang tingginya hanya sebetis. Masyarakat kita memandang bahwa orang yang mengenakan celana seperti itu sebagai pakaian yang tidak sopan. Seperti mau pergi main saja. Pakailah sarung, karena masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal sarung sebagai pakaian sopan bagi kaum muslimin.
Perhatikan juga paduan warnanya. Jangan sampai misalnya kita berbaju koko merah namun sarungnya hijau. Tentu orang lain melihat perpaduan warna pakaian kita tidak cocok. Masalah keindahan ini memang masalah selera. Namun masyarakat kita sudah memiliki aturan perpaduan dasar dalam berpakaian. Selama itu tidak menyelisihi syariat, bukankah lebih baik kita mengikuti aturan tersebut? “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan” [HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad]

           Bahkan apabila kita tidak mengindahkan kelaziman berpakaian dalam masyarakat, ada kemungkinan membuat  mereka menjauh dari dakwah Islam. “Islam itu kok orang-orangnya gak rapi ya? Perpaduan pakaiannya ngawur” . Naaudzubillah min dzaalik. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.
Karena itulah, sangat penting untuk berusaha menjaga penampilan kita di tengah-tengah masyarakat. Namun jangan memaksakan diri untuk membeli pakaian yang baik Apabila memang kita tidak mampu membeli yang baru dan punyanya hanya itu, tidak mengapa. Yang penting kita tetap menjaga kerapian dan kebersihan penampilan kita.
 4. WANGI
Penting untuk menjaga agar tubuh kita tidak bau ketika berinteraksi dengan orang lain. Apalagi masa remaja biasanya produksi keringat sangat tinggi, dan biasanya bau keringat tersebut sangat tidak sedap.
Solusinya segera mandi bila setelah keringatnya kering, kita. Seusai mandi, gunakanlah penghilang bau badan (deodorant) yang biasanya digunakan di ketiak. Karena memang di lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak itulah produksi keringat paling banyak dan berbau tidak sedap.
Juga disunnahkan untuk menggunakan wewangian. Rasulullah n adalah pribadi yang menyenangkan. Orang yang duduk di dekatnya selalu merasa betah karena beliau selalu berbadan wangi.
Anas  menceritakan, “Tidak pernah aku mencium bau wangi atau bau semerbak yang lebih wangi dari bau dan semerbak Nabi n. [HR. Bukhari]
Namun penggunaan wewangian untuk bergaul ke luar rumah ini hanya dibolehkan untuk laki-laki. Wanita hanya boleh menggunakan wewangian di dalam rumahnya, tidak di luar rumah.
Rasulullah bersabda,:
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pezina” [HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad]
 Begitulah saudaraku…
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga penampilan. Tujuannya agar umatnya dihargai orang lain, dan agar agama ini terlihat sebagai agama penuh rahmat yang membawa kesejukan bagi seluruh alam.
Allaahu alam

Tidak ada komentar: