Jumat, 31 Mei 2013

CARA SHALAT TAUBAT



بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Hadits Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu
Dari ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu  dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : saya mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ يَذْنَبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّيْ (فِيْ رِوَايَةٍ : ثُمَّ يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ) ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ {وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ}
“Tidak seorangpun melakukan suatu dosa lalu ia bangkit untuk berthoharah lalu sholat (Dalam satu riwayat : kemudian dia sholat dua raka’at) kemudian memohon ampun kepada Allah kecuali Allah akan mengampuninya. Lalu beliau membaca ayat ini (Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui)”.

Dikeluarkan oleh : Ibnu Abi Syaibah 2/159/7642, Ahmad 1/2, 8 dan 10 dan dalam Fadho`il Ash-Shohabah no. 142 dan 642, Al-Humaidy 1/2 dan 4, Ath-Thoyalisy no. 1, Abu Daud 2/86/1521, At-Tirmidzy 2/257/406 dan 5/228/3006, An-Nasa`i dalam Al-Kubra 6/109/10247, 6/110/10250 dan 6/315/11078 dan dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 414 dan 417, Ibnu Majah 1/446/1395, Husain bin Hasan Al-Marwazy dalam Zawa`iduz Zuhd no. 1088, Ibnu Jarir dalam tafsirnya 4/96, Abu Ya’la no.1 dan 11-15, Ibnu Hibban 2/389-390/623 -Al-Ihsan-, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 5/401-402/7077-7078, Dhiya` Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 1/82-86/7-11 dan Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 1/430. Semuanya dari jalan ‘Utsman bin Al-Mughiroh dari ‘Ali bin Rabi’ah dari Asma` bin Al-Hakam dari Ali bin Abi Tholib….
Dihasankan oleh Ad-Dzahaby dalam Tadzkiratul Huffazh 1/11 dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.


        Dan berkata Ibnu ‘Adi setelah menyebutkan dua jalan bagi hadits diatas : “Hadits ini jalannya hasan dan saya berharap ia adalah shohih”. Dan Imam Ad-Daraquthny dalam ‘Ilal-nya 1/176-180 menyebutkan beberapa perselisihan tentang hadits di atas lalu beliau menegaskan bahwa jalan ‘Utsman bin Al-Mughirah yang paling baik sanadnya dan paling Shohih.
Dan berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar tentang hadits di atas dalam biografi Asma` bin Al-Hakam dari Tahdzibut Tahdzib : “Jayyidul Isnad (Baik sanadnya)”.
Dan juga dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shohih At-Targhib Wat Tarhib 1/427/680.
Dan ‘Utsman bin Al-Mughirah ada mutaba’ah (penguat/pendukung) dari Mu’awiyah bin Abil ‘Abbas sebagaimana dalam riwayat Ath-Thobarany di Mu’jamul Ausath 1/185/584, Abu Bakr Al-Isma’ily dalam Mu’jam Syuyukh-nya 2/697 dan Al-Khothib Al-Baghdady dalam Mudhih Auwam Al-Jam’i wat Tafriq 2/490.

 Hadits Abu Darda` radhiyallahu ‘anhu
Dari Abu Darda` radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : saya mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَذْنَبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ ثُمَّ يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا مَفْرُوْضَةً أَوْ غَيْرَ مَفْرُوْضَةٍ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Tidak seorang muslimpun melakukan dosa lalu ia berwudhu kemudian sholat dua atau empat raka’at, wajib maupun selain wajib kemudian ia memohon ampun kepada Allah kecuali Allah akan mengampuninya”.
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al-Ahad Wal Matsany 4/83/2040 dan Ath-Thobarany dalam Mu’jamul Ausath 5/186/5026 dan konteks di atas dari riwayatnya melalui jalan Abu Sahl Shodaqoh bin Abi Sahl Al-Hunna`i dari Katsir bin Yasar Abul Fadhl dari Yusuf bin Abdillah bin Sallam dari Abu Darda`.
Pembahasan
Berkata Ath-Thobarany rahimahullah : Shodaqoh bin Abi Sahl bersendirian dalam meriwayatkan hadits ini.
Dan Al-Haitsamy dalam Majma’uz Zawa`id 1/301 menyatakan hal yang sama lalu berkomentar tentang Shodaqah : “Saya tidak menemukan yang menyebutkannya”.
Demikian perkataan beliau, padahal biografi Shodaqah ada dalam At-Tarikh Al-Kabir 2/2/297 karya Al-Bukhary dan Ta’jilul Manfa’ah hal. 185-186 karya Ibnu Hajr. Dan tidak disebut pada Shodaqoh ini pujian maupun celaan berarti ia adalah Majhul Hal (tidak dikenal keadaannya). Maka hadits di atas adalah lemah. Tapi ia adalah syahid (pendukung) yang sangat kuat bagi hadits Abu Bakr walaupun ada perbedaan lafazh.

Hadits Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu
Dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam :
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَنْبَغِيْ لِلْمُذْنِبِ أَنْ يَتُوْبَ مِنَ الذُّنُوْبِ ؟ قَالَ : يَغْتَسِلُ لَيْلَةَ الْإِثْنَتَيْنِ بَعْدَ الْوِتْرِ وَيُصَلِّيْ اثْنَتَيْ عَشَرَةَ رَكْعَةً يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ , وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ مَرَّةً, وَعَشَرَ مَرَّاتٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ , ثُمَّ يَقُوْمُ وَيُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ, وَيُسَلِّمُ وَيَسْجُدُ , وَ يَقْرَأُ فِيْ سُجُوْدِهِ أَيَةَ الْكُرْسِيِّ مَرَّةً, ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ , وَيَسْتَغْفِرُ مِائَةَ مَرَّةٍ , وَيُصَلِّيْ عَلَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ مِائَةَ مَرَّةٍ, وَيَقُوْلُ مِائَةَ مَرَّةٍ : لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ , وَيُصْبِحُ مِنَ الْغَدِ صَائِمًا, وَيُصَلِّيْ عِنْدَ إِفْطَارِهِ رَكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ , وَخَمْسَ مَرَّاتٍ : (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ) وَيَقُوْلُ : يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ كَمَا تَقَبَّلْتَ مِنْ نَبِيِّكَ دَاوُدَ, اعْصِمْنِيْ كَمَا عَصَمْتَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا,  وَأَصْلِحْنِيْ كَمَا أَصْلَحْتَ أُوْلَيَائَكَ الصَّالِحِيْنَ, اللَّهُمَّ إِنِّيْ نَادِمٌ عَلَى مَا فَعَلْتُ , فَاعْصِمْنِيْ حَتَّى لَا أُعْصِيَكَ , ثُمَّ يَقُوْمُ نَادِمًا, فَإِِنَّ رَأْسَ مَالِ التَّائِبِ النَّدَامَةُ, فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ يَقْبَلُ اللهُ تَوْبَتَهُ وَقَضَى حَوَائِجَهُ, وَيَقُوْمُ مِنْ مَقَامِهِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ الذُّنُوْبَ كَمَا غَفَرَ لِدَاوَدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ , وَبَعَثَ اللهُ إِلَيْهِ أَلْفَ مَلَكٍ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ إِبْلِيْسَ وَجُنُوْدِهِ إِلَى أَنْ يُفَارِقَ الرُوْحُ جَسَدَهُ وَلَا يَخْرُجُ مِنْ الدُّنْيَا حَتَّى يَرَى مَكَانَهُ مِنَ الْجَنَّةِ, وَيَقْبِضُ اللهُ رُوْحَهُ وَاللهُ عَنْهُ رَاضٍ, وَيُغَسِّلُهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَعَ ثَمَانِيْنَ أَلْفَ مَلَكٍ , وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ, وَيَكْتُبُوْنَ لَهُ الْحَسَنَاتِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ, وَيُبَشِّرُهُ مُنْكَرٌ وَنَكِيْرٌ بِالْجَنَّةِ وَفَتَحَ اللهُ فِيْ قَبْرِهِ بَابَيْنِ مِنْ الْجَنَّةِ , وَيَدْخَلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ, وَيُجَاوِرُ فِيْهَا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامُ.
“Wahai Rasulullah, bagaimana seharusnya orang yang berdosa bertaubat dari dosa-dosanya?. Beliau menjawab : “Ia mandi pada malam senin setelah witir dan sholat dua belas raka’at, ia baca pada setiap raka’at surah Al-Fatihah dan Qul yaa ayyuhal kaafirun satu kali sepuluh kali Qul Huwallahu Ahad lalu ia berdiri dan sholat empat raka’at kemudian salam lalu sujud dan membaca dalam sujudnya ayat Kursi satu kali lalu mengangkat kepalanya dan Istighfar seratus kali, membaca sholawat seratus kali serta membaca seratus kali ; Laa haula wa laa quwwata illa billah. Dan dibesok paginya ia berpuasa dan ketika berbuka ia sholat dua raka’at dengan (membaca) Al-Fatihah dan lima kali Qul Huwallahu Ahad dan berdoa : Wahai yang membolak-balikan hati, terimalah taubatku sebagaimana Engkau menerimanya dari nabi-Mu Daud, jagalah saya sebagaimana Engkau telah menjaga Yahya bin Zakariya, dan perbaikilah saya sebagaimana Engkau telah memperbaiki para wali-Mu yang sholih, Ya Allah, sesungguhnya saya menyesali apa yang telah saya perbuat maka jagalah saya sehingga saya tidak bermaksiat kepada-Mu. Lalu ia berdiri dalam keadaan menyesal dan modal orang yang bertaubat adalah penyesalan. Siapa yang mengerjakan hal tersebut maka Allah akan menerima taubatnya dan menunaikan hajatnya dan ia berdiri dari tempatnya sedang Allah telah mengampuninya sebagaimana (Allah) telah  mengampuni Daud ‘alaihissalam, Allah mengirim kepadanya seribu malaikat menjaganya dari iblis dan bala tentaranya sampai ruhnya berpisah dengan jasadnya, tidaklah ia keluar dari dunia sampai ia melihat tempatnya di Sorga, Allah mencabut ruhnya dan Allah Ridho kepadanya, Jibril ‘alaihissalm bersama delapan puluh ribu malaikat akan memandikannya, memintakan ampun untuknya, menulis untuknya berbagai kebaikan sampai hari kiamat, Munkar dan Nakir akan memberinya kabar gembira dengan Sorga, Allah bukakan dalam kuburnya dua pintu sorga, dia akan masuk sorga tanpa hisab dan ia akan berdekatan dengan Yahya bin Zakariya”. Dikeluarkan oleh Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhu’at no. 1020 (Cet. Adhwa` As-Salaf).
Pembahasan
Berkata Ibnul Jauzy setelah meriwayatkan hadits di atas : “Ini adalah hadits palsu sama sekali tidak diucapkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dan tidaklah diriwayatkan oleh Abu Dzar dan tidak pula Zaid bin Wahb dan dalam sanadnya ada (rawi-rawi) majhul (tidak dikenal) dan orang yang memalsukannya telah berbuat bid’ah dan kelancangan terhadap syari’at dengan hal-hal yang dingin (baca : keji). Berkata Abu ‘Amir Al-Hafizh : “ini adalah hadits BATIL MUNGKAR tidak ada pendukung bagi rawinya”. Dan penekanan letak pemalsuan adalah pada orang yang berada dibawa Jarir”.

Jalan Mursal
Dari Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
مَا أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا ثُمَّ تَوَضَّأ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى بَرَازٍ مِنَ الْأَرْضِ فَصَلَّى فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْ ذَلِكَ الذَّنْبِ إِلَّا غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Tidak seorang hambapun berbuat dosa lalu ia berwadhu dan memperbaik wudhunya kemudian keluar ke tanah lapang lalu sholat padanya dua raka’at dan memohon ampun kepada Allah dari dosa itu kecuali Allah memberi ampun untuknya”.
Dikeluarkan Oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 5/403/7081 dari jalan Ahmad bin ‘Abdul Jabbar Al-‘Uthoridy dari Hafsh bin Ghiyats dari ‘Asy’ats bin ‘Abdul Malik dari Al-Hasan….

Pembahasan
Hadits ini adalah Mursal (si perawi lansung meriwayatkan dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam sedang ia tidak berjumpa dengan beliau) dan hadits Mursal di kalangan Ahli hadits adalah hadits lemah. Dan hadits Mursal ini semakin lemah karena Ahmad bin ‘Abdul Jabbar dho’iful hadits (lemah haditsnya).

Kesimpulan
Dari uraian di atas bisa ditarik beberapa kesimpulan :
  1. Jalan yang kuat dalam sholat taubat hanya hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu.
  2. Bentuk pelaksanaannya ; berwudhu dengan baik lalu sholat dua raka’at kemudian setelah itu Istigfar (memohon pengampunan) kepada Allah.
  3. Karena tidak ada tuntunan khusus tentang bagaimana sholat dua raka’at itu maka asalnya sama dengan sholat sunnah lainnya.
  4. Tidak ada riwayat yang shohih yang menunjukkan bacaan surah setelah Al-Fatihah pada dua raka’at tersebut maka asalnya boleh membaca apa saja dari surah yang mudah baginya.
  5. Berkata Al-Mubarakfury dalam Tuhfatul Ahwadzy 2/368 (Cet. Darul Kutub) : “Yang diinginkan dengan Istighfar adalah bertaubat disertai penyesalan, meninggalkan (dosa tersebut), ber-‘Azm (berniat dengan sungguh-sungguh) untuk tidak mengulanginya selama-lamanya dan mengembalikan hak-hak (orang lain) kalau memang hal tersebut terjadi”.
 wallahu a'lam

Tidak ada komentar: