بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Hadits Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu
Dari
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu dari Abu Bakr
Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : saya mendengar
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda
:
مَا مِنْ رَجُلٍ يَذْنَبُ ذَنْبًا ثُمَّ
يَقُوْمُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّيْ (فِيْ رِوَايَةٍ : ثُمَّ يُصَلِّيْ
رَكْعَتَيْنِ) ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَ قَرَأَ
هَذِهِ الْآيَةَ {وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ}
“Tidak seorangpun melakukan suatu dosa lalu ia bangkit untuk
berthoharah lalu sholat (Dalam satu riwayat : kemudian dia sholat dua raka’at)
kemudian memohon ampun kepada Allah kecuali Allah akan mengampuninya. Lalu beliau
membaca ayat ini (Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui)”.
Dikeluarkan
oleh : Ibnu Abi Syaibah 2/159/7642, Ahmad 1/2, 8 dan 10 dan dalam Fadho`il
Ash-Shohabah no. 142 dan 642, Al-Humaidy 1/2 dan 4, Ath-Thoyalisy
no. 1, Abu Daud 2/86/1521, At-Tirmidzy 2/257/406 dan 5/228/3006, An-Nasa`i
dalam Al-Kubra 6/109/10247, 6/110/10250 dan 6/315/11078
dan dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 414 dan 417, Ibnu Majah
1/446/1395, Husain bin Hasan Al-Marwazy dalam Zawa`iduz Zuhd
no. 1088, Ibnu Jarir dalam tafsirnya 4/96, Abu Ya’la no.1 dan
11-15, Ibnu Hibban 2/389-390/623 -Al-Ihsan-,
Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 5/401-402/7077-7078,
Dhiya` Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 1/82-86/7-11
dan Ibnu ‘Ady dalam Al-Kamil 1/430. Semuanya dari jalan
‘Utsman bin Al-Mughiroh dari ‘Ali bin Rabi’ah dari Asma`
bin Al-Hakam dari Ali bin Abi Tholib….
Dihasankan
oleh Ad-Dzahaby dalam Tadzkiratul Huffazh 1/11 dan Ibnu
Katsir dalam tafsirnya.
Dan
berkata Ibnu ‘Adi setelah menyebutkan dua jalan bagi hadits diatas : “Hadits
ini jalannya hasan dan saya berharap ia adalah shohih”. Dan Imam Ad-Daraquthny
dalam ‘Ilal-nya 1/176-180 menyebutkan beberapa perselisihan
tentang hadits di atas lalu beliau menegaskan bahwa jalan ‘Utsman bin
Al-Mughirah yang paling baik sanadnya dan paling Shohih.
Dan
berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar tentang hadits di atas dalam
biografi Asma` bin Al-Hakam dari Tahdzibut Tahdzib
: “Jayyidul Isnad (Baik sanadnya)”.
Dan
juga dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shohih
At-Targhib Wat Tarhib 1/427/680.
Dan
‘Utsman bin Al-Mughirah ada mutaba’ah
(penguat/pendukung) dari Mu’awiyah bin Abil ‘Abbas sebagaimana
dalam riwayat Ath-Thobarany di Mu’jamul Ausath 1/185/584,
Abu Bakr Al-Isma’ily dalam Mu’jam Syuyukh-nya 2/697
dan Al-Khothib Al-Baghdady dalam Mudhih Auwam Al-Jam’i wat
Tafriq 2/490.
Hadits Abu Darda` radhiyallahu ‘anhu
Dari
Abu Darda` radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : saya
mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wa sallam bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَذْنَبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ
ثُمَّ يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا مَفْرُوْضَةً أَوْ غَيْرَ
مَفْرُوْضَةٍ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Tidak seorang muslimpun melakukan dosa lalu ia berwudhu
kemudian sholat dua atau empat raka’at, wajib maupun selain wajib kemudian ia
memohon ampun kepada Allah kecuali Allah akan mengampuninya”.
Dikeluarkan
oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al-Ahad Wal Matsany
4/83/2040 dan Ath-Thobarany dalam Mu’jamul Ausath
5/186/5026 dan konteks di atas dari riwayatnya melalui jalan Abu Sahl Shodaqoh
bin Abi Sahl Al-Hunna`i dari Katsir bin Yasar Abul Fadhl
dari Yusuf bin Abdillah bin Sallam dari Abu Darda`.
Pembahasan
Berkata
Ath-Thobarany rahimahullah : Shodaqoh bin Abi Sahl
bersendirian dalam meriwayatkan hadits ini.
Dan
Al-Haitsamy dalam Majma’uz Zawa`id 1/301 menyatakan hal
yang sama lalu berkomentar tentang Shodaqah : “Saya tidak menemukan yang
menyebutkannya”.
Demikian
perkataan beliau, padahal biografi Shodaqah ada dalam At-Tarikh
Al-Kabir 2/2/297 karya Al-Bukhary dan Ta’jilul
Manfa’ah hal. 185-186 karya Ibnu Hajr. Dan tidak disebut pada Shodaqoh
ini pujian maupun celaan berarti ia adalah Majhul Hal (tidak
dikenal keadaannya). Maka hadits di atas adalah lemah. Tapi ia adalah syahid
(pendukung) yang sangat kuat bagi hadits Abu Bakr walaupun ada perbedaan
lafazh.
Hadits Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu
‘anhu
Dari
Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya
kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa
sallam :
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ
يَنْبَغِيْ لِلْمُذْنِبِ أَنْ يَتُوْبَ مِنَ الذُّنُوْبِ ؟ قَالَ : يَغْتَسِلُ
لَيْلَةَ الْإِثْنَتَيْنِ بَعْدَ الْوِتْرِ وَيُصَلِّيْ اثْنَتَيْ عَشَرَةَ
رَكْعَةً يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ , وَقُلْ يَا
أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ مَرَّةً, وَعَشَرَ مَرَّاتٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ,
ثُمَّ يَقُوْمُ وَيُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ, وَيُسَلِّمُ وَيَسْجُدُ , وَ يَقْرَأُ
فِيْ سُجُوْدِهِ أَيَةَ الْكُرْسِيِّ مَرَّةً, ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ,
وَيَسْتَغْفِرُ مِائَةَ مَرَّةٍ , وَيُصَلِّيْ عَلَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ مِائَةَ مَرَّةٍ, وَيَقُوْلُ
مِائَةَ مَرَّةٍ : لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ , وَيُصْبِحُ مِنَ الْغَدِ صَائِمًا, وَيُصَلِّيْ عِنْدَ إِفْطَارِهِ رَكْعَتَيْنِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ , وَخَمْسَ مَرَّاتٍ : (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ)
وَيَقُوْلُ : يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ كَمَا تَقَبَّلْتَ
مِنْ نَبِيِّكَ دَاوُدَ, اعْصِمْنِيْ كَمَا عَصَمْتَ يَحْيَى بْنَ
زَكَرِيَّا, وَأَصْلِحْنِيْ كَمَا أَصْلَحْتَ أُوْلَيَائَكَ الصَّالِحِيْنَ,
اللَّهُمَّ إِنِّيْ نَادِمٌ عَلَى مَا فَعَلْتُ , فَاعْصِمْنِيْ حَتَّى لَا
أُعْصِيَكَ , ثُمَّ يَقُوْمُ نَادِمًا, فَإِِنَّ رَأْسَ مَالِ التَّائِبِ
النَّدَامَةُ, فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ يَقْبَلُ اللهُ تَوْبَتَهُ وَقَضَى
حَوَائِجَهُ, وَيَقُوْمُ مِنْ مَقَامِهِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ الذُّنُوْبَ كَمَا
غَفَرَ لِدَاوَدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ , وَبَعَثَ اللهُ إِلَيْهِ أَلْفَ مَلَكٍ يَحْفَظُوْنَهُ
مِنْ إِبْلِيْسَ وَجُنُوْدِهِ إِلَى أَنْ يُفَارِقَ الرُوْحُ جَسَدَهُ وَلَا
يَخْرُجُ مِنْ الدُّنْيَا حَتَّى يَرَى مَكَانَهُ مِنَ الْجَنَّةِ, وَيَقْبِضُ
اللهُ رُوْحَهُ وَاللهُ عَنْهُ رَاضٍ, وَيُغَسِّلُهُ
جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَعَ ثَمَانِيْنَ أَلْفَ مَلَكٍ ,
وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ, وَيَكْتُبُوْنَ لَهُ الْحَسَنَاتِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ, وَيُبَشِّرُهُ مُنْكَرٌ وَنَكِيْرٌ بِالْجَنَّةِ وَفَتَحَ اللهُ
فِيْ قَبْرِهِ بَابَيْنِ مِنْ الْجَنَّةِ , وَيَدْخَلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ
حِسَابٍ, وَيُجَاوِرُ فِيْهَا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامُ.
“Wahai Rasulullah, bagaimana seharusnya orang yang berdosa
bertaubat dari dosa-dosanya?. Beliau menjawab : “Ia mandi pada malam senin
setelah witir dan sholat dua belas raka’at, ia baca pada setiap raka’at surah
Al-Fatihah dan Qul yaa ayyuhal kaafirun satu kali sepuluh kali Qul Huwallahu
Ahad lalu ia berdiri dan sholat empat raka’at kemudian salam lalu sujud dan
membaca dalam sujudnya ayat Kursi satu kali lalu mengangkat kepalanya dan
Istighfar seratus kali, membaca sholawat seratus kali serta membaca seratus kali
; Laa haula wa laa quwwata illa billah. Dan dibesok paginya ia berpuasa dan
ketika berbuka ia sholat dua raka’at dengan (membaca) Al-Fatihah dan lima kali
Qul Huwallahu Ahad dan berdoa : Wahai yang membolak-balikan hati, terimalah
taubatku sebagaimana Engkau menerimanya dari nabi-Mu Daud, jagalah saya
sebagaimana Engkau telah menjaga Yahya bin Zakariya, dan perbaikilah saya
sebagaimana Engkau telah memperbaiki para wali-Mu yang sholih, Ya Allah,
sesungguhnya saya menyesali apa yang telah saya perbuat maka jagalah saya
sehingga saya tidak bermaksiat kepada-Mu. Lalu ia berdiri dalam keadaan
menyesal dan modal orang yang bertaubat adalah penyesalan. Siapa yang
mengerjakan hal tersebut maka Allah akan menerima taubatnya dan menunaikan
hajatnya dan ia berdiri dari tempatnya sedang Allah telah mengampuninya
sebagaimana (Allah) telah mengampuni Daud ‘alaihissalam, Allah
mengirim kepadanya seribu malaikat menjaganya dari iblis dan bala tentaranya
sampai ruhnya berpisah dengan jasadnya, tidaklah ia keluar dari dunia sampai ia
melihat tempatnya di Sorga, Allah mencabut ruhnya dan Allah Ridho kepadanya,
Jibril ‘alaihissalm bersama delapan puluh ribu malaikat akan memandikannya,
memintakan ampun untuknya, menulis untuknya berbagai kebaikan sampai hari
kiamat, Munkar dan Nakir akan memberinya kabar gembira dengan Sorga, Allah
bukakan dalam kuburnya dua pintu sorga, dia akan masuk sorga tanpa hisab dan ia
akan berdekatan dengan Yahya bin Zakariya”. Dikeluarkan oleh Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhu’at no. 1020
(Cet. Adhwa` As-Salaf).
Pembahasan
Berkata
Ibnul Jauzy setelah meriwayatkan hadits di atas : “Ini adalah hadits palsu sama
sekali tidak diucapkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wa sallam dan tidaklah diriwayatkan oleh Abu Dzar dan tidak
pula Zaid bin Wahb dan dalam sanadnya ada (rawi-rawi) majhul
(tidak dikenal) dan orang yang memalsukannya telah berbuat bid’ah dan
kelancangan terhadap syari’at dengan hal-hal yang dingin (baca : keji). Berkata
Abu ‘Amir Al-Hafizh : “ini adalah hadits BATIL MUNGKAR tidak ada pendukung bagi
rawinya”. Dan penekanan letak pemalsuan adalah pada orang yang berada dibawa
Jarir”.
Jalan Mursal
Dari
Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah beliau berkata : Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
مَا أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا ثُمَّ
تَوَضَّأ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى بَرَازٍ مِنَ الْأَرْضِ
فَصَلَّى فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْ ذَلِكَ الذَّنْبِ إِلَّا
غَفَرَ اللهُ لَهُ
“Tidak
seorang hambapun berbuat dosa lalu ia berwadhu dan memperbaik wudhunya kemudian
keluar ke tanah lapang lalu sholat padanya dua raka’at dan memohon ampun kepada
Allah dari dosa itu kecuali Allah memberi ampun untuknya”.
Dikeluarkan
Oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 5/403/7081 dari
jalan Ahmad bin ‘Abdul Jabbar Al-‘Uthoridy dari Hafsh bin Ghiyats
dari ‘Asy’ats bin ‘Abdul Malik dari Al-Hasan….
Pembahasan
Hadits
ini adalah Mursal (si perawi lansung meriwayatkan dari Nabi shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam sedang ia tidak berjumpa
dengan beliau) dan hadits Mursal di kalangan Ahli hadits adalah hadits
lemah. Dan hadits Mursal ini semakin lemah karena Ahmad bin ‘Abdul Jabbar
dho’iful hadits (lemah haditsnya).
Kesimpulan
Dari
uraian di atas bisa ditarik beberapa kesimpulan :
- Jalan yang kuat dalam sholat taubat hanya hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu.
- Bentuk pelaksanaannya ; berwudhu dengan baik lalu sholat dua raka’at kemudian setelah itu Istigfar (memohon pengampunan) kepada Allah.
- Karena tidak ada tuntunan khusus tentang bagaimana sholat dua raka’at itu maka asalnya sama dengan sholat sunnah lainnya.
- Tidak ada riwayat yang shohih yang menunjukkan bacaan surah setelah Al-Fatihah pada dua raka’at tersebut maka asalnya boleh membaca apa saja dari surah yang mudah baginya.
- Berkata Al-Mubarakfury dalam Tuhfatul Ahwadzy 2/368 (Cet. Darul Kutub) : “Yang diinginkan dengan Istighfar adalah bertaubat disertai penyesalan, meninggalkan (dosa tersebut), ber-‘Azm (berniat dengan sungguh-sungguh) untuk tidak mengulanginya selama-lamanya dan mengembalikan hak-hak (orang lain) kalau memang hal tersebut terjadi”.
wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar